mari Berpikir Historis Ala Wineburg
Oleh Rhoma Dwi Aria Yuliantri
Sejarah sudah mengalami perubahan yang besar dalam beberapa puluh tahun terakhir ini. Sejarah bukan lagi hanya menghafal tanggal-tanggal peristiwa atau fakta-fakta tetapi merupakan lumbung yang kompleks dalam kehidupan manusia. Inilah kesan yang paling mendalam ketika membaca buku “Berpikir Historis: Memetakan Masa Depan Mengajarkan Masa Lalu”.
Membaca buku sejarah dengan terampil, membaca dokumen sejarah dengan kritis, membaca peristiwa sesuai dengan konteks, berdiskusi, evaluasi dan membuat guru sejarah bisa dilihat, sampai kekaburan moral dalam kelas sejarah menjadi topik yang dikupas oleh Sam Winerburg dalam bukunya.
Alasan mengapa belajar sejarah menjadi ulasan pembuka buku Sam Winerburg, Profesor Jurusan Pendidikan di Stanford University dan Profesor Jurusan Sejarah. Menurut Sam, sejarah perlu diajarkan di Sekolah karena memiliki potensi untuk menjadikan manusia berkeperikemanusiaan, hal yang tidak dilakukan oleh semua kurikulum pembelajaran lainnya di sekolah (p.6).
Lebih jauh Sam menjelaskan bahwa jika dimanfaatkan dengan baik dengan menyelaraskan kebutuhan kekinian dan mengabaikan yang tidak sesuai lagi sejarah akan menjadi sangat berguna. Menurutnya masa lalu menjadi tanah liat, kita tidak dituntut untuk memperluas pemahaman kita untuk belajar dari masa lalu. Justru sebaliknya. Masa lalu kita bengkak-bengkokkan sekehendak hati kita agar sesuai dengan makna yang telah lebih dahulu kita tentukan baginya (p.8).
Dari kisah singkat program penelitian tentang pertemuan murid sekolah lanjut dengan sebuah dokumen, Sam kemudian menyimpulkan bahwa mampu berfikir sejarah, berarti mengharuskan berfikir dengan cara yang bertentangan dengan cara berfikir sehari-hari. Sam bersepakat dengan pendapat Ginzburg bahwa tujuan belajar sejarah adalah mengajarkan apa yang tidak dapat kita lihat.
Bagian yang menarik lainnya adalah tema “Membayangkan Masa Lalu”, disini dilakukan riset tentang sejauhmana uraian buku sejarah mendorong siswa untuk melukiskan tokoh sejarah yang umum dikenal. Dengan memulai memberikan pertanyaan dilanjutkan dengan menggambar, lalu analisis hasil. Hasil dari ujicoba ini memang cukup abstraksi. Dari lukisan tersebut bisa dipetakan apa saja yang dipikirkan siswa tentang tokoh sejarah, budaya dan masa lalu.
Model kearifan dalam pembelajaran sejarah, dibahas pula dengan sangat menarik bertumpu dengan hasil riset wawancara mendalam dan pengamatan dari sebelas guru yang terbaik dipilih oleh rekan-rekan mereka. Membaca bagian ini kita akan dibawa kemasing-masing kelas guru dan seakan-akan ikut dalam kelas mereka yang dapat mengispirasikan kita untuk menemukan model-model pembelajaran sejarah. Buku ini juga mengajak kita untuk berfikir kritis terhadap teks sejarah.
Buku peraih The Frederic W.Ness Book Award menjadi penting untuk membuka jedela pengetahuan kita tentang pembelajaran sejarah. Miris kemudian mengetahui betapa luar biasanya inovasi-inovasi yang telah dilakukan dalam pembelajaran sejarah dan kita masih jauh tertinggal di sini.***
Rhoma Aria Dwi Yuliantri, Penulis dan Periset Sejarah Indonesia
No comments
PILIH PLATFORM KOMENTAR DENGAN MENG-KLIK