Mengapa Tikus Jadi Bahan Percobaan
Kita sering melihat di berbagai media bahwa tikus sering digunakan untuk eksperimen di laboratorium, bahkan sempat ada film kartun yang menceritakan tentang 2 tikus yang tinggal di laboratorium ilmiah. Tapi tahukah kamu mengapa percobaan medis sering memakai tikus? Ternyata ada beberapa alasan menarik yang bisa kita sama-sama bahas lewat artikel ini.
Setiap tahunnya, di Amerika Serikat ada sekitar lebih dari 100 juta tikus yang terbunuh sebagai efek samping dari percobaan di laboratorium. Tapi mengapa percobaan medis sering menggunakan tikus? Sebenarnya ada banyak alasan mengenai ini, seperti misalnya:
- Tikus merupakan hewan yang kecil.
- Tikus cukup mudah untuk dirawat dan diberi tempat tinggal.
- Tikus amat mudah beradaptasi pada kondisi sekitarnya.
Selain tiga alasan tersebut, ternyata ada lagi alasan yang amat masuk akal kenapa mereka memilih tikus dan bukan hewan lain sebagai media percobaan, yaitu karena tikus memiliki tingkat reproduksi yang cukup tinggi dan umur mereka sendiri tidak panjang, hanya sekitar 2 hingga 3 tahun yang menjadi alasan utama kenapa percobaan sering memakai tikus dan bukan hewan lainnya. Belum lagi jika para peneliti ini ingin membeli tikus, harga yang ditawarkan oleh peternak tidak terlalu mahal dan sifat dari para tikus ini sendiri biasanya amat jinak dan membuat para peneliti menjadi lebih mudah untuk mengatur dan menghidupi para tikus ini nantinya.
Di beberapa film mulai dari kartun atau serial tivi lainnya, seringkali ditampilkan bahwa sebuah laboratorium medis pasti memiliki tikus yang menjadi target untuk percobaan obat-obatan yang akan dirilis oleh suatu institusi.
Meskipun sudah ada alasan-alasan umum seperti yang tersebut di atas, masih ada alasan lebih khusus mengapa tikus yang dipilih sebagai pencoba pertama obat-obatan yang akan nantinya diberikan kepada manusia secara umum.
Tahukah Kamu Mengapa Percobaan Medis Sering Memakai Tikus? Ini Alasan Utamanya
Biasanya tikus yang digunakan oleh para peneliti di laboratorium merupakan tikus yang direproduksi antara satu sama lainnya di laboratorium tersebut, sehingga secara genetik biasanya sama, dan yang membedakan mereka hanyalah perbedaan jenis kelaman. Hal ini membuat percobaan medis menjadi lebih seragam.
Alasan utama yang lainnya adalah ketika percobaan medis menggunakan tikus dilakukan di laboratorium, ternyata diketahui bahwa tikus memiliki gen yang secara biologis dan karakteristiknya mirip dengan gen yang dimiliki oleh manusia, hingga banyak gejala-gejala penyakit pada manusia yang bisa di”ciptakan” pada tikus sehingga mempermudah untuk membuat obat bagi penyakit itu.
Setelah 20 tahun terakhir, ternyata persamaan antara gen manusia dan tikus semakin kuat, sehingga bahkan para ilmuwan kini bisa melakukan ternak tikus yang disebut tikus transgenik, dimana tikus ini bisa membawa gen yang sama dengan yang menyebabkan penyakit pada manusia. Ada juga jenis tikus yang sengaja dibiakkan tanpa beberapa gen, dan tikus ini digunakan untuk percobaan efek dari zat-zat kimia yang bisa menyebabkan kanker.
Hal lainnya adalah karena tikus-tikus ini memiliki anatomi, fisiologi, dan gen yang sudah dimengerti oleh para peneliti, yang membuat mereka menjadi lebih mudah untuk mengetahui jika ada perubahan yang terjadi pada tikus-tikus tersebut.
Jadi lain kali jika ada yang melontarkan pertanyaan “mengapa percobaan medis sering memakai tikus?” kita kini bisa menjawab dengan berbagai macam alasan.