Sinopsis Wild Romance Episode Terakhir - Wild Romance adalah
drama Korea yang diproduksi KBS2 dengan jumlah 16 episode dan sudah
tayang di Korea semenjak 04 Januari 2012 yang lalu. Drama ini sendiri
bergenre Romantic dan Comedy dan dibintangi oleh beberapa aktor dan
aktris papan atas Korea, seperti Lee Dong Wook, Lee Si Young, dan Kang
Dong Ho.
Pada postingan ini blog Karo Cyber tidak akan terlalu
jauh membahas drama Wild Romance. Namun fokus utama dalam tulisan ini
adalah mempublikasikan Sinopsis Wild Romance Episode 16 atau Sinopsis Wild Romance Episode terakhir.
Seperti apa sinopsis Wild Romance Episode 16 atau episode yang terakhir ini, maka secara lengkap teman-teman bisa membacanya melalui publikasi dibawah berikut ini:
Scene
memperlihatkan detil apa yang dilakukan Ahjumma setelah Eunjae
disetrumnya dan pingsan sementara Jonghee hanya mampu diam melihatnya
dengan mulut tertutup lakban hijau, tangan dan kaki terikat.
Baju
keduanya ditukar. Jonghee mengenakan baju Eunjae, sedangkan Eunjae
dipakaikan baju yang tadi dikenakan Jonghee. Eunjae yang masih pingsan
tetap diperlakukan sama seperti Jonghee, mulutnya direkatkan lakban,
kedua tangan dan kaki terikat tali kuat.
Tidak lama kemudian
Eunjae tersadar. Ahjumma tetap santai melihatnya. Dari arah jendela dia
melihat sedan merah Muyeol baru kembali dan Muyeol langsung berlari ke
arah apartemen, "Muyeol akan segera datang. Dia hanya akan menyelamatkan
satu di antara kalian. Siapa yang akan diselamatkannya?"
Dengan
upaya keras, dengan tangan dan kaki terikat, Eunjae berusaha bangkit
dari posisi awal yang dibiarkan tertelungkup di lantai, dia terduduk.
Dia kaget dengan apa yang kini dapat dilihatnya, mereka ada di kolam
renang apartemen, baik dia maupun Jonghee terikat tanpa daya melawan.
Dengan tatapan sinisnya, Ahjumma menjawab ekspresi kaget Eunjae.
Ahjumma
mendekati mereka, “Pikiran memiliki beberapa lapisan. Terkadang kau tak
dapat mengerti apa yang kau pikirkan sendiri. Ketika menghadapi
kematian, barulah terungkap pikiran seseorang sebenarnya. Siapa di
antara kalian yang dicintainya, akan segera terungkap.” Dia menutup
kepala Eunjae dan Jonghee dengan kain hitam.
Dia lanjut
mengatakan, “Mungkin dia (Muyeol) awalnya tidak akan mengerti, wanita
yang dicintainya akan mati. Wanita yang tidak dicintainya akan selamat.
Sehingga, wanita yang mati seharusnya bahagia. Wanita itu akan
dicintainya selamanya. Muyeol akan kesepian. Muyeol yang kesepian adalah
milikku. Muyeol yang merana.”
Dia membopong Eunjae dan Jonghee
berdiri, “Kau mau mati? Atau mau hidup? Aku? Sudah hampir mati ratusan
kali.” Eunjae mulai tidak sabar berusaha melepaskan ikatannya, ahjumma
melanjutkan, “Sebaiknya kau tidak bergerak, kalau tidak, aku akan
membunuhmu sebelum Muyeol sampai di sini.” Mengerikan.
Muyeol
berlari dan dia menerima telpon dari Jonghee, ternyata ahjumma yang
menggunakan HP Jonghee, memintanya tidak banyak bertanya dan segera
datang ke kolam renang, lanjutnya, “Aku tidak mungkin menyakitimu.
Bagaimana aku bisa menyakitimu. Kau begitu berharga sampai aku sulit
menemuimu. Aku hanya ingin menanyakan sesuatu, ..”
Muyeol kaget
dengan kenyataan yang baru saja diketahuinya. Sesuai praduga manajer Kim
dan Dongah, “Bibi, bagaimana kau?” Muyeol masih merasa seakan sulit
mempercayainya.
Ahjumma melanjutkan, “Kau mau aku mengakhirinya di sini?” HP dimatikannya. Muyeol pun bergegas lari ke arah kolam renang seraya menelpon Manajer Kim memberitahu lokasi keberadaan Jonghee, kolam renang.
Muyeol
tiba di ruang kolam renang. Argh. Sungguh tidak menguntungkan. Posisi
Muyeol berada berseberangan dengan posisi Eunjae dan Jonghee yang akan
didorong ahjumma. Gawat.
Ahjumma : “Aku ingin menanyakan sesuatu, tapi aku tak punya waktu. Siapa wanita yang kau cintai di antara keduanya?” Lanjutnya, “Mulai sekarang aku akan kesepian. Aku harus tahu siapa yang akan kubenci.” (Gila bener nih ahjumma) Tanpa daya Muyeol mencoba menahan rencana gila ahjumma di tempatnya berdiri, ”Bibi, jangan. Bibi, Jangan lakukan itu.” Ahjumma
semakin terpancing, “Sekarang beritahu aku, siapa orangnya?” Dia
mendorong Jonghee dan Eunjae dalam waktu yang bersamaan.
Dengan segera Muyeol meluncur dan menolong salah satu di antara mereka. Siapakah orangnya?
Yup, Eunjae. Sedari awal memang Muyeol ingin menyelamatkan seseorang yang menggunakan rok (Eunjae).
Tidak berapa lama kemudian, manajer Kim pun terlihat berenang menyelamatkan Jonghee yang berpakaian Eunjae.
Muyeol
membuka penutup kepala wanita yang diselamatkannya. Dia melihat wanita
itu, Eunjae dengan penuh arti. Dan tidak lama kemudian, dia melihat ke
arah wanita yang sedang diselamatkan manajer Kim, tak lain adalah
Jonghee. Panik yang terlihat di wajah Muyeol memperlihatkan kekhawatiran
mendalam Muyeol pada kondisi Jonghee. Mungkinkah?
Muyeol pun
membantu manajer Kim mengangkat Jonghee ke tepi kolam. Jonghee sudah
tidak sadarkan diri. Muyeol membantu memberikan nafas buatan, sementara
dua raut wajah berbeda terlihat miris dari Eunjae dan ahjumma.
Eunjae yang semakin meragu. Ahjumma yang puas mengetahui kebenarannya.
Langkah kaki berlari terdengar mendekat, ahjumma ditahan karena tindakannya. Tanpa perlawanan ahjumma mengikuti perintah polisi.
(Backsound-nya
sedih banget. Scene memperlihatkan ahjumma yang sedang digiring pihak
kepolisian. Jonghee yang tidak sadarkan diri. Muyeol yang melihat ke
arah Jonghee yang dibawa masuk ke ambulans, dan tatapan Muyeol saat
beradu pandang dengan ahjumma. Dan, raut wajah Eunjae saat melihat
semuanya termasuk saat Muyeol menemani Jonghee di ambulans. Entah apa
yang ada di pikiran mereka.
Tidak berapa lama ambulans berangkat,
Eunjae pun pingsan. (Beban pikiran mampu mengalahkan kesempurnaan
kondisi fisik so keep it right.)
Dalam kondisi setengah sadar,
Eunjae mengingat apa yang dikatakan ahjumma, wanita yang dicintai Muyeol
akan mati sedangkan wanita yang tidak dicintainya akan selamat. Lalu?
Dia pun tersentak. Bangun dari pingsan (tidur)-nya. Di salah satu
ruangan kamar rumah sakit itu sudah ada Dongah, ayah dan adik Eunjae.
Ayahnya
menanyakan apa yang dirasakannya dan apa yang diinginkannya. Eunjae
tidak mengindahkannya dan menanyakan, “Di mana Park Muyeol?”
Iya, ya. Muyeol tidak ada saat dia sadar dari pingsannya. Apakah Eunjae tidak cukup berarti bagi Muyeol?
Eunjae
pun melangkah di lorong rumah sakit menuju satu ruang. Kamar Jonghee
sedang dirawat. Dengan menghela nafas dia melihat ke arah Jonghee yang
masih tertidur.
Di area masih sekitar ruangan rumah sakit, Muyeol dan manajer Kim berjalan dan membicarakan kelanjutan kasus itu. Manajer
Kim : “Kami menemukan nomor Jung Youngman di catatan bibi. Orang yang
kau pukul di bar 5 tahun yang lalu.” Oh My God. (So, keterpurukan Muyeol
5 tahun lalu itu pun disebabkan si ahjumma?)
Scene memperlihatkan foto-foto Muyeol yang sudah ditusuk-tusuk bagian matanya.
Terdengar
suara ahjumma, “Aku tidak suka mata Muyeol. Aku tak suka saat Muyeol
melihat wanita lain. Aku juga tak suka saat dia melihatku (sebagaimana
ungkapan ‘mata tak pernah bohong’). Biarpun aku mengharapkan Muyeol
dapat melihatku, namun aku malu dan tak ingin tahu pandangannya saat
melihatku. Muyeol yang muda. Aku yang tua dan jelek. Namun saat Muyeol
terpuruk, dan tak ada seorang pun yang melihatnya, aku akan ada di
sana.” Pikiran yang menyesatkan. Dia melanjutkan, “Apakah aku nenek
sihir? Nenek sihir pun dulunya adalah seorang putri. Seorang putri yang
jatuh cinta adalah sebuah kisah cinta. Nenek sihir yang jatuh cinta
adalah kutukan?
Ahjumma menceritakan apa yang dirasakannya pada
Muyeol sementara seorang polisi mencatatnya dan melihatnya miris. Dia
sedang berada di ruang interogasi.
Saat ini terlihat jelas si
ahjumma yang ‘sakit’ karena rasa cintanya yang berlebihan. Seperti
diketahui. Jangan terlalu berlebihan termasuk dalam hal memberikan
cinta.
Eunjae menatap Jonghee yang sedang terbaring di rumah sakit. Akankah dia juga ‘sakit’ karena cinta? Kumohon jangan. Kembali
ke ruangan interogasi, polisi menanyakan apa yang ingin disampaikannya
pada korban. Ahjumma melihat ke arah kaca, tempat Muyeol dan manajer Kim
menyaksikan masa interogasi, “Katakan pada Muyeol. Maafkan aku, karena
telah berani mencintainya.” Wajahnya terlihat tulus. Muyeol pun tidak
sanggup melihatnya dan pergi.
Sementara di tempat lain, rumah ibu
Sooyoung, seorang polisi datang menanyakan keberadaan Sooyoung. Ibunya
mencoba menahan polisi tersebut. di waktu bersamaan, Sooyoung keluar dan
mengatakan, “Ibu, aku sudah ingat.” Terlihat senyum tulus dari
wajahnya, seolah mengatakan, “Tidak apa-apa, aku akan baik-baik saja,
aku hanya harus bertanggungjawab akan apa yang sudah kulakukan.”
Senyum tulus itu pun terukir indah pada lukisan wajahnya di kanvas yang dilukisnya. Dongsu
dibebaskan sementara saat berjalan keluar, dia berpapasan dengan
istrinya yang akan ditahan. Miris melihatnya. Namun ketegaran keduanya,
aku iri akan cinta tulus mereka.
Di luar, Muyeol sudah menunggu
Dongsu. Dongsu tidak mengindahkan kehadiran Muyeol, dia berjalan
berlalu. Muyeol memanggil dan mendekatinya. Dongsu mengatakan, “Kau
bodoh?” Muyeol menanggapinya, “Kau tahu benar kan?” Masih tanpa gairah
Dongsu mengatakan, “Dan kau bangga dengan itu?”
Muyeol
mengajaknya makan bersama. Makan tofu sebagaimana mitos Korea untuk
keamanan setelah melewati musibah atau nasib buruk, ‘keluar dari
penjara’. Dongsu menanggapinya dengan tersenyum. Muyeol memberinya
motivasi, menghiburnya dan meyakinkannya bahwa Sooyoung akan baik-baik
saja.
Eunjae dan Muyeol duduk di kursi ruang tunggu pasien.
Eunjae bertanya, “Kemana saja selama ini?” Muyeol mengatakan banyak yang
harus diurusnya dan dokumen yang harus ditandatangani, dia
mengatakannya sambil lalu. Eunjae pun terlihat kecewa dengan tanggapan
Muyeol.
Muyeol merebahkan kepalanya di atas kursi, dia berkesah,
“Tak ada waktu untuk berpikir.” Eunjae bergurau, “Aku baru tahu kau bisa
berpikir.” Muyeol pun tertawa. Eunjae kembali teringat ekspresi Muyeol
saat pertama kali menyelamatkannya di kolam renang. Eunjae ingin
bertanya, namun Muyeol terlebih dahulu mengatakan, “Bodoh, ke sini
sebentar.” Meskipun bingung Eunjae mendekat ke arah Muyeol.
Muyeol
memintanya memeluknya. Eunjae sempat ragu dan melihat situasi sekitar.
Saat itu tengah malam dan suasana gelap. Tak ada seorang pun. Muyeol
gemas dan berdiri merentangkan kedua tangannya, “Peluk aku dengan erat.” Eunjae
melangkah dan perlahan memeluk Muyeol. Muyeol pun mengatakan, “Ini
belum erat.” Eunjae pun mengikuti instruksi Muyeol memeluk lebih erat
dan benar-benar erat.
Dengan backsound romantis, suasana mendukung, Muyeol pun membalas pelukan Eunjae.
Dengan
raut wajah Eunjae yang bingung dan ragu. Dengan raut kelegaan, Muyeol
mengatakan, “Mencintai seseorang bukanlah suatu kesalahan tapi terkadang
menghadirkan ketakutan.”
Scene memperlihatkan ahjumma di dalam
sel tahanan, dia tercenung mengingat kata-katanya saat diinterogasi
mengenai perbedaan cinta seorang putri dan nenek sihir.
Di rumah
sakit, Eunjae bersiap keluar dari rumah sakit. Saat sedang membereskan
barang-barangnya, Muyeol datang ke depan pintu dan bertingkah agar
dilihat Eunjae. Eunjae pun meminta ayah dan adiknya untuk berangkat
lebih dulu, “Nanti aku akan menyusul.” Dia beralasan harus
menandatangani beberapa dokumen rumah sakit dan berpura-pura akan ke
kamar kecil.
Eunjae menemui Muyeol. Muyeol mengucapkan selamat
atas keluarnya dari rumah sakit. Eunjae terlihat senang, dia segera
teringat, “Bagaimana dengan Jonghee?”
Muyeol menjawab, “Besok.” Senyum
simpul penuh arti terlihat dari wajah Eunjae. Eunjae mengalihkan
pembicaraan, “Bagaimana dengan latihan musim semi?” Muyeol mengatakan,
“Dia akan segera menyusul besok lusa.”
Dia melanjutkan, “Kita
tidak akan bertemu satu setengah bulan.” Eunjae terlihat sedih. Muyeol
pun mengajaknya. Eunjae menanggapi dengan gurauan seperti biasa, “Kau
tidak keberatan mendapat reputasi buruk tahun ini? Atau, kau memang
ingin membantu Seagulls memenangkan kejuaraan tahun ini.” (Hahaha, lama
nama kedua tim bisbol Seagulls dan Dreamer ngga terdengar.
Eunjae tertawa lepas, Muyeol tersenyum kesal dan memegang ujung topi Eunjae.
Melihat
timing yang dirasa tepat, Eunjae berniat menanyakan keraguan dalam
hatinya, “Waktu itu, saat di kolam renang..” Dia terkaget melihat ayah
dan adiknya menatap mereka dari kejauhan.
Eunjae mendorong Muyeol
dan seolah berpamitan, “Terimakasih.” Seraya membungkukkan badan,
“Selamat tinggal.” Dia pun berlari ke arah ayah dan adiknya.
Muyeol mencoba menyapa dengan melambaikan tangan dan menundukkan kepala, namun keduanya masih menatapnya dengan sinis.
Sebelum
Yoo Family beranjak, Muyeol berteriak memanggil Eunjae, namun
diurungkannya melihat tatapan tidak bersahabat ayah Eunjae.
Ayah
dan adik Eunjae bertanya mengenai apa yang baru saja mereka lihat,
Eunjae mengatakan tidak ada apa-apa, adiknya pun dijitaknya
berkali-kali, “Terserah aku dong.”
Di kamarnya, Jonghee
sedang menatap kosong saat Muyeol datang mengunjunginya. Muyeol
mengatakan, “Kau baik-baik saja? Perawat mengatakan kau hanya makan dan
tidur sepanjang hari.”
Jonghee melihat ke arah Muyeol, “Kau siapa? Kau mengenalku?” Muyeol terkaget. Apakah Jonghee amnesia? Lama suasana mencekam.
Jonghee tersenyum, Muyeol pun terkaget lega, Jonghee mencoba menipunya. Hahaha.
Jonghee : “Kau kaget?”
Muyeol : “Tentu saja.” Jonghee
mengatakan, “Haruskah aku mundur dari seni lukis dan beralih ke seni
peran?” Muyeol menanggapinya dengan senyuman, dia menanyakan, “Bagaimana
keadaanmu?”
Jonghee mengatakan, “Bagaimana menurutmu?” Dengan
pandangan menggoda (gurau), “Setelah beberapa hari yang lalu kau
memutuskanku, apakah aku akan baik-baik saja?”. Mereka pun tersenyum.
Jonghee teringat dan bertanya, “Park Muyeol. Mengapa kau menyelamatkanku?”
(Aku suka peran Jonghee, dia mudah berterus terang tanpa menunggu waktu dan tertunda.)
Muyeol
masih belum mengerti, Jonghee menjelaskan, “Kenapa kau menyelamatkan
Yoo Eunjae yang mengenakan pakaianku?” Sementara orang disangkanya saat
ini disukai Muyeol adalah Eunjae.
Muyeol berpikir sejenak, “Lalu, memangnya kenapa?” Dia masih bingung dengan arah pertanyaan Jonghee.
Scene
beralih ke rumah Dongah, Dongah kesal karena merasa telah dibohongi.
Dia telah salah mengira pria yang dicintai Eunjae adalah wartawan Koh
sedangkan kenyataannya tak lain adalah Muyeol. Dia pun berniat
membalasnya. Caranya? Dongah berteriak di jendela, “Ahjussi! Kangho! Eunjae menyukai Park Muyeol!”
Dengan
segera Eunjae membekap mulut Dongah, mereka pun bergulat. Dongah
mempertanyakan, “Memang sampai kapan kau akan merahasiakannya?
Selamanya?”
Eunjae tercenung dan mengiyakan, “Baiklah, tapi
bagaimana dengan tadi?” Eunjae menceritakan tentang penyelamatan di
kolam renang, sikap Muyeol padanya dan kebimbangan perasaannya. Dongah
menyarankan, “Bagaimana kalau bertanya langsung?” . (Dongah ini setipe
dengan Jonghee dalam kemasan yang berbeda.)
Eunjae bimbang, “Bagaimana kalau ternyata dia bukan hendak menyelamatkanku?” Eunjae takut kecewa. Benar
kata Dongah, meskipun berat, cepat atau lambat kenyataan akan segera
terungkap, sepahit apapun itu. Eunjae mengesalkan tidak sempat
menanyakannya langsung sewaktu masih di rumah sakit.
Tidak berapa
lama Muyeol menghubunginya namun dibiarkannya saja. Telpon Muyeol masuk
ke kotak rekam suara. Dia tercenung dan memilih mengirimkan pesan
melalui sms, “Hubungi aku, ada yang ingin kubicarakan.”
Saat melihat apron yang biasa digunakan ahjumma, dia menghela nafas dan memilih membuangnya ke tong sampah.
Malam itu, Muyeol masih mencoba menelpon Eunjae, dan Eunjae memilih membiarkannya dan bergegas tidur. Keesokan
paginya, setelah membasuh muka, Eunjae melihat pesan dari Muyeol, dia
mempertanyakan kata ‘menunggu’ dari sms Muyeol. Sesaat terdengar pula,
kata-kata ahjumma ‘yang dicintai akan mati’, Eunjae menepiskannya, tidak
ingin menghiraukannya. Dia menelpon balik Muyeol.
Namun waktu yang kurang tepat, Muyeol sedang mengantar Jonghee keluar dari RS.
Muyeol mengangkatnya, dia mengatakan,”Kenapa telponku kemarin tidak diangkat?”
Eunjae
mengatakan tidak melihat ada telpon darinya. Muyeol mengatakan ada yang
perlu ditanyakannya, dia akan menghubunginya nanti. Eunjae menyadari
Muyeol sedang sibuk, dia menanyakan keberadaan Muyeol.
Muyeol mengatakan, “Di RS, Jonghee sedang keluar dari RS.” Terlihat raut kecewa dari wajah Eunjae. Muyeol pun menutup telponnya.
Jonghee melihat ke arah Muyeol dan menanyakan, “Yoo Eunjae belum mengetahuinya?”
Muyeol
beralasan belum ada kesempatan. Jonghee menyarankannya segera
mengatakannya, “Kau selalu merasa semua orang menyukaimu. Itu masalahmu.
Aku tidak mau tahu.” Dia pun berlalu.
Mereka berhenti di depan sebuah kotak amal. Mungkin itulah pilihan yang terbaik.
Muyeol menanyakan, “Apakah kamu yakin?” Jonghee mengiyakan, “Ini lebih baik daripada bunuh diri di sungai Han.” Hahaha. Jonghee
melepaskan cincin pasangan yang selama ini dikenakannya. Muyeol pun
mengambil cincin serupa dari sakunya, “Bila dulu tidak kau simpan di
kotak surat, sudah sedari lama kukembalikan padamu.” Jonghee heran
karena merasa tidak pernah melakukannya. ,namun dia segera teringat
kejadian di mana ahjumma menarik tangannya melihat cincin yang
dikenakannya, sebelum kejadian buruk di kolam renang. Dia mungkin
berpikir kemungkinan besar ini ada kaitannya dengan ahjumma.
Muyeol
menanyakan apa yang dipikirkannya. Jonghee menepis pikirannya dan
mengatakan, “Kalau takdir yang mempertemukan kita, maka takdir juga yang
memisahkan kita, benar kan?". Keduanya memasukkan kedua cincin itu di
kotak amal.
Muyeol mengantar Jonghee ke taksinya. Jonghee akan
berangkat kembali ke luar negeri dengan pesawat beberapa saat lagi.
Muyeol menanyakan kemungkinan pertemuan mereka kembali. Jonghee
tersenyum dan mengatakan, “Sebaiknya kita tidak bertemu untuk yang
ketiga kalinya.” Dia tersenyum dan masuk ke taksi.
Lama tidak
terlihat senyuman Jonghee, Jonghee melihat kembali ke arah Muyeol, “Dan
terimakasih juga.” Pandangan Muyeol mengantar perpisahan mereka dan
taksinya pun berlalu.
Eunjae terlihat kesal, dia latihan tinju
dengan penuh semangat. Terlihat banyak sekali beban di pikirannya.
Pikirannya kembali mengingat Muyeol yang begitu dalam mencintai Jonghee.
Dia masih merasa cinta Muyeol masih hanya akan untuk Jonghee. Perasaan
sakit dan takutlah yang memenuhi pikirannya sehingga dia pun menolak
Muyeol yang ingin mengunjungi ke rumahnya. Muyeol merasa ada yang
aneh, dia pun menepikan mobil dan kembali menghubungi Eunjae yang saat
itu sudah berada di kamar. Eunjae tidak sanggup mengangkatnya, dia pun
membiarkan dering berbunyi tanpa menghiraukannya. Muyeol pun memutuskan
menjalankan mobilnya.
Sementara itu, Dongah memikirkan
sesuatu, “Seseorang yang mencintai dan mudah merasakan cemas dan kuatir.
Karena orang itu sangat berharga, kau tak mau kehilangan dirinya.
Kecemasan itulah yang akan membuatmu berpikir hal-hal yang tidak ingin
terjadi. Apakah ini terjadi? Apakah itu yang terjadi?”
Dongah mengamati manajer Kim. Manajer Kim heran, “Mengapa kau melihat padaku?”
Dongah
mendekat dan mengambil sehelai rambut dari jas yang dikenakan manajer
Kim, “Ini rambut siapa?” dengan pandangan menginterogasi.
Dengan lega, tenang manajer Kim menghentikan mobilnya (lampu merah), dia mengatakan, “Itu rambutmu, Dongah-sshi.” Dongah kaget dan mengecek kesamaan helai rambut itu dengan rambutnya, dan mengiyakan, “Bagaimana bisa ada di sana?” Suasana
agak kaku, manajer Kim mengatakan, “Bukankah tadi?” Dongah pun terlihat
mengiyakan, dia menanyakan tanggal berapa hari ini dan berniat
mencatatnya, Hari Pertama Kali Dia Merasakan Cemburu. Wakakak. Manajer
Kim pun tersipu.
Dengan langkah lesu, Eunjae melangkah ke ruang
makan. Di sana ada ayah dan adiknya yang sudah mempersiapkan makan
malam. Eunjae terlihat makan dengan lesu. Ayahnya berusaha membujuknya
makan lebih banyak. Ayahnya menduga Eunjae masih ada trauma setelah
kejadian di kolam renang.
Tidak berapa lama, bel di pintu pun
berbunyi. Changho dengan malas melangkah ke arah pintu karena diminta
ayahnya melihat siapa yang datang.
Changho berteriak histeris
melihat siapa yang datang. Ternyata Muyeol. Dia pun berteriak histeris
memanggil ayahnya keluar. Dengan kesal, ayahnya pun keluar melihatnya.
Ayahnya
pun berteriak histeris mengusir Muyeol, dia semakin marah mendengar
Muyeol berteriak memanggil Eunjae dengan sebutan ‘Khulthong’ (Otak Ayam
atau Bodoh). Eunjae yang mendengar teriakan keduanya melangkah keluar
dan melihat Muyeol yang sedang dipaksa keluar ayah dan adiknya. Dia
meminta keduanya melepaskan cengkeramannya. Keduanya pun menuruti
Eunjae.
Muyeol menanyakan kondisi Eunjae yang terlihat benar-benar sakit. Ayah dan adiknya yang menjawabnya, “Apa pedulimu!”
Muyeol menyampaikan pada Eunjae, “Besok, aku akan berangkat latihan musim semi.”
Kembali keduanya yang menjawabnya, “Terus kenapa? Pergi saja sana!”
Muyeol terlihat kesal, dia mengatakan, “Apakah kita akan berbicara di sini?”
Eunjae
pun meminta ayah dan adiknya untuk masuk ke dalam rumah, meski awalnya
keduanya menolak, namun akhirnya keduanya menuruti permintaan Eunjae.
Keduanya melangkah masuk dan dengan cepat mengintip dari arah jendela.
Setelah
tinggal berdua, Muyeol memperhatikan Eunjae dan menanyakan alasan
Eunjae tidak mengangkat telponnya, “Apa tak mau berbicara denganku?”
Muyeol merasa Eunjae punya pertanyaan yang ingin dikatakan padanya,
“Kenapa tak kau tanyakan?” Eunjae melihat ke arah Muyeol.
Eunjae
kembali mengingat kejadian penyelamatan di kolam renang. Saat Muyeol
membuka penutup kepalanya dan orang yang diselamati adalah Eunjae,
bukannya Jonghee sebagaimana pakaian yang dikenakan Eunjae saat itu.
Muyeol mengatakan, “Kau tidak penasaran?”
Eunjae menjawab dengan emosional, “Penasaran, aku sangat penasaran. Penasaran setengah mati!”
Muyeol : “Lalu kenapa tidak kau tanyakan?”
Eunjae : “Karena aku takut!”
Muyeol : “Apa yang kau takutkan?”
Eunjae
mengatakan, “Aku takut mendengar jawabanmu. Takut kau akan menjawab
orang yang sebenarnya ingin diselamatkan adalah Kang Jonghee. Dan
kekecewaanmu karena yang diselamatkan ternyata dalah aku. Karena kau
masih mencintainya, dan kau telah melakukan kesalahan.”
Muyeol menghela nafas, “Apa kau bodoh? Sudah kubilang aku menyukaimu. Aku suka padamu!”
Ayah dan adik Eunjae yang juga mendengar teriakan Muyeol tersentak kaget.
Muyeol
mengatakan, “Kau masih meragukanku?” Eunjae mengatakan tidak tahu. Dia
masih merasa tidak yakin. Dia bertanya, “Kenapa kau selamatkan aku?”
Muyeol
terdiam beberapa saat, dia terlihat sedikit emosional dan meminta
Eunjae bertanya dengan cara yang lain, “Bukan itu pertanyaannya.
Tanyakan lagi.”
Mereka pun bertengkar seputar masalah itu. Eunjae
masih terkunci dengan pertanyaan itu, Muyeol bersikeras Eunjae bertanya
dengan pertanyaan yang lain. Eunjae menanyakan cinta Muyeol padanya,
apakah melebihi Jonghee. Muyeol pun balik bertanya cinta Eunjae padanya,
bila ada rasa cinta bukankah seharusnya ada rasa percaya. Eunjae
mengatakan ingin mempercayai Muyeol namun ada banyak hal. Muyeol
akhirnya berteriak, “Aku ini Park Muyeol!” Keduanya terdiam.
Muyeol
merasa tak ada gunanya berbicara saat ini, “Bagaimanapun kau akan tetap
curiga. Tidak ada gunanya berbicara denganmu saat ini. Kau, tidak bisa
begini padaku.” Eunjae melihat ke arah Muyeol. Muyeol melanjutkan,
“Berpikirkah lagi. Kuberi kau waktu. Kalau kau benar menyukaiku,
seberapa besar kau mempercayaiku, kita akan membicarakannya lagi nanti.”
Muyeol berbalik. Eunjae berteriak, “Kenapa kau menyelamatkanku!”
Muyeol
balas berteriak, “Aku tak mau menjawab pertanyaan ini.” Dia pun segera
beranjak, menuju mobilnya, meninggalkan Eunjae terisak dalam
tangisannya.
Akhirnya Muyeol pergi meninggalkan Eunjae yang
terduduk menangis, ayah dan adiknya keluar menghampirinya namun bingung
bagaimana harus berbuat agar Eunjae berhenti menangis.
Ayahnya
mengejar Muyeol yang sudah berada dalam mobilnya dan melajukan mobilnya.
Ayah Eunjae hanya bisa berteriak, “Park Muyeol! Beraninya kau menyukai
putriku! Beraninya kau menyakiti putriku! Tidak akan kurestui!!!” Namun,
Muyeol sudah jauh berlalu.
Muyeol membenahi barangnya, dia
sempat termenung memikirkan permasalahannya. Sementara Eunjae yang
dipikirkannya lebih memilih berbaring di kasurnya, menangisi
permasalahan yang dideritanya. (Soundtracknya sedih banget. :( ) Beberapa waktu lamanya telah berlalu.
Di
dalam sel penjara, Ahjumma masih terpaku dalam kata-katanya sendiri
mengenai kisah cinta seorang putri dan nenek sihir. Dia tersenyum.
Scene
memperlihatkan suasana di kebun buah strawberry. Seorang ibu yang
memanen buah menceritakan pendapatnya tentang seorang wanita yang
bernama Yang Sunhee. Seorang wanita cantik dengan kulit putih bersih,
idaman banyak pria semasa sekolah dan SMA nya dulu. Menurut cerita ibu
itu, bahkan ada pria aneh yang sampai nekad berniat bunuh diri bila
cintanya ditolak Yang Sunhee. Wartawan Koh bergumam, “Ohh, dia cantik.”
Dia lanjut menanyakan sembari memetik dan memakan langsung strawberry,
“Bagaimana dia berhenti sekolah?”
Ternyata wartawan Koh sedang menyelidiki segala sesuatu tentang ahjumma-nya Muyeol.
Berdasarkan
cerita ibu itu, ahjumma yang sangat jelita itu tidak banyak yang
menyukainya. Di suatu ketika muncul rumor dirinya hamil. Kemungkinan
keluarganya membawanya pindah dari Seoul. Rumor yang begitu hebat. Isu
dia berpacaran dengan seorang pria kampung tetangga, hingga kehamilannya
membuatnya harus keluar dari Seoul. Apalagi ahjumma yang pendiam hanya
suka menulis puisi tanpa bergaul sehingga banyak yang tidak menyukainya. Wartawan Koh tercenung kata ‘puisi’.
Di dalam penjara pun ahjumma terlihat sedang asik membaca buku yang mungkin berisi puisi hasil karyanya. Wartawan
Koh masih ingin mengobrol banyak dengan ibu di kebun buah. Dia berniat
mengambil buah yang baru saja dipetik dari dalam keranjang. Ibu itu pun
menepisnya, “Kau mungkin sudah memakan buah sejumlah 10 Dollar.”
Ibu
pemanen strawberi menanyakan alasan wartawan Koh bertanya tentang Yang
Sunhee. Wartawan Koh mengatakan dia sedang menulis kisah hidup seorang
pemain bisbol ternama dan kisah Yang Sunhee termasuk salah satu bagian
penting kisahnya. (Hmm, Park Muyeol? :) )
Sementara di tempat
lain, Yoomi (Yoo Mijin) sedang berlatih membaca dialognya. Setelah
selesai melayani pembeli di butiknya. Dia bersiap pulang dan dalam
perjalanan pulang dia dihampiri pria yang dulu bersamanya menipu Muyeol.
Pria itu datang dengan mobilnya. Pria yang kaku itu ternyata berniat
menjadi manajernya dan saat ini mereka sedang berlatih demi kelancaran
casting Yoomi. Yoomi berniat memulai segalanya dari awal lagi. :)
Neneknya
Yunyeok sedang membersihkan lantai dan kamar Yunyeok. Dia mengingat
Yunyeok dan kamarnya masih terlihat bersih sebagaimana kepergiannya
dulu.
Di suatu tempat, ayah dan ibu Eunjae sedang bermain
perosotan di sebuah arena ski. Mereka bersenang-senang meski terjatuh
dan terguling-guling. Setibanya mereka di penginapan mereka, Changho
sedang belajar karena akan ikut tes. Ayah dan anak itu bercanda dan
mereka semua pun tertawa riang.
Sooyoung melapor ke administrasi
tentang kunjungan selanjutnya minggu depan, dan tidak jauh dari sana
terlihat suaminya, Dongsu dan anaknya, Woyoung menunggu kedatangannya.
Dongsu mengajak keluarganya pindah ke luar kota untuk menenangkan dan
berlibur di sana.
Dongsu berniat mengisi lowongan sebagai pelatih
bisbol di sana. Dia juga memimpikan kehidupan yang tenang bersama
keluarga kecilnya di sana.
Direktur Jang berdiri di antara kardus peralatan kantornya yang baru dibenahi. Kantor mereka baru saja pindah ke kantor baru.
Sementara
itu, manajer Kim sedang duduk di sebuah tempat makan dan merasa aneh
dengan banyak pandangan mata yang mengarah padanya. Sebagaimana
dugaannya, Dongah datang dengan keunikannya. Dia memakai hanbok (pakaian
kebesaran Korea) lengkap.
Setibanya Dongah di depannya, dia
meminta Dongah untuk duduk. Seperti biasa, Dongah banyak berkomentar
mengenai apa yang kali ini dinilainya menarik. Segala sesuatu tentang
hanbok. Tali kaitannya yang terbuat dari sutra, hingga akhirnya dia
mencoba melepas kaitannya sendiri dan kebingungan, tidak tahu cara
mengikatkannya kembali. Akhirnya manajer Kim membantu mencarikan caranya
di internet Hpnya dan bahkan membantunya mengkaitkannya.
Dalam
perjalanan mereka pulang, Dongah banyak bercerita mengenai fantasinya
setelah memakai pakaian hanbok, dia ingin mengetahui fantasi manajer
Kim. Manajer Kim kaget dan meminta waktu segera memarkirkan mobilnya
sebelum Dongah melanjutkan pertanyaannya.
Ternyata fantasi yang
dimaksud itu, bukan fantasi manajer Kim saat membantunya mengikatkan
tali hanbok. Namun fantasi lain bilamana manajer Kim mengenakan baju
besi seperti seorang Iron man. Dongah mengatakan dia memiliki kesan
seperti itu saat pertama kali dia melihat manajer Kim. :)
Di
suatu tempat, seorang anak kecil memperkenalkan nama dan cita-citanya.
Bong Gijun yang ingin menjadi seorang pegawai kantoran. Yoo Jina yang
ingin menjadi seorang dokter. Ada pula, Lee Hara yang ingin menjadi
‘Taekwondo’. Ada yang ingin seperti Alien. Ada yang ingin menjadi pemain
sepakbola. Terakhir, Cho Donghee, dia mengatakan tidak mau bekerja.
Wakakak. Spontan saja banyak orang tua murid yang menertawakannya. Di
sana ada Eunjae yang ternyata saat ini sedang ditugasi menjaga seorang
anak TK, Cho Donghee.
Pulangnya mereka makan makanan cepat saji.
Eunjae mengungkit apa yang baru saja dikatakan Donghee saat di kelas.
Ternyata anak itu melihat apa yang dilakukan kedua orang tuanya. Orang
tuanya sibuk karena bekerja dan hampir tak punya waktu untuknya. Eunjae
mengatakan dia juga mengenal seseorang yang sangat sibuk bekerja.
Obrolan mereka terpotong karena ibunya Donghee sudah datang
menjemputnya, “Kita mengobrol lagi nanti.” Saat itu sangat terlihat
keakraban Donghee pada Eunjae.
Tidak berapa lama, Eunjae mendapat
telpon dari Direktur Jang. Dia diminta menjemput seseorang di bandara
dengan titel, ‘Dia sudah kembali!’. Meski kesal Eunjae menurutinya.
Semua mata melihat papan nama yang dibawa Eunjae, Eunjae mengumpat
karenanya. Muncullah rombongan Red Dreamers dan salah satu
diantaranya terlihat Muyeol di sana. Eunjae kaget melihatnya. Muyeol
menghampiri Eunjae dan mengkonfirmasi, “Pengawal?” Entah apa yang ada
dipikiran keduanya. Mereka terdiam namun pandangan mata menyiratkan
ribuan kata.
Mereka tiba di apartemen Muyeol. Eunjae membawakan
koper dan tas Muyeol. Setelah meletakkan barang Muyeol di salah satu
ruangan kecil, Eunjae berniat pulang namun Muyeol mengatakan dia sudah
memesan jasa bodyguard untuk seharian penuh. Muyeol memintanya untuk
duduk sementara dia berjalan ke arah kamar. Tidak berapa lama Muyeol
keluar dengan pakaian olahraga, bisbol dan kelengkapan berlatih, dia
mengajak Eunjae menemaninya berlatih dan mereka pun datang ke sebuah
taman.
Muyeol yang pertama kali melempar bola dan ditangkap Eunjae dan begitu sebaliknya. Bersamaan dengan itu, keduanya berbicara. Eunjae
menanyakan alasan Muyeol berbicara formal dengannya. Muyeol mengatakan
awalnya dia hanya ingin bercanda namun ternyata keterusan. Eunjae
mengangguk mengerti. Muyeol melanjutkan, “Lihatlah, betapa menyenangkan
bila pertanyaan kita terjawab.” Sepertinya ini menyinggung tindakan
Eunjae padanya selama ini. Lanjutnya, “Tapi kau berpikir sendiri dan
muncul kecurigaan, kecemburuan. Kau tahu, aku rindu padamu setengah
mati.”
Eunjae ingin mengatakan hal yang sama, namun dia teringat sesuatu dan tersenyum, mengkonfirmasi, “..setengah mati?”
Muyeol membenarkannya, dia merindukan Eunjae setengah mati, “Benar. Aku merindukanmu setengah mati. Kau senang?”
Eunjae bertanya, “Lantas, kenapa kau tidak menghubungiku?”
Muyeol mengatakan, “Agar kau dapat berpikir tenang.”
Eunjae terlihat sedikit kesal. Mungkin menurutnya bukan itu solusinya.
Muyeol
melanjutkan, “Mulai sekarang, kalau ada yang melintas dalam pikiranmu,
buang saja jauh-jauh. Biar aku yang menangkapnya dan kulempar lagi
padamu. Jangan dipendam sendiri.” Eunjae mengiyakan. Muyeol juga
mengatakan, ‘Aku takkan berbohong padamu.” Eunjae kembail mengiyakan.
Muyeol
kembali mengungkit pertanyaan di hari itu. dia meminta Eunjae
menanyakannya kembali, dengan rasa percaya akan cinta mereka, cinta
Muyeol padanya.
Perlahan tapi pasti, Eunjae mengatakan, “Waktu itu, di kolam renang, darimana kau tahu bahwa itu aku?” Hm, pertanyaan serupa namun beda makna. :)
Pertanyaan itu membuat Muyeol tersenyum dan berjalan ke arah Eunjae, begitu tiba
di hadapan Eunjae, Muyeol menunduk dan melihat ikatan tali sepatu
Eunjae yang agak longgar. Dia melepaskannya dan mengikatkannya kembali. Ternyata
benar, saat itu, sepatu yang dikenakan Eunjae-lah yang menunjukkan
Eunjae sebenarnya berada. Muyeol melihat detail keseluruhan dari diri
Eunjae, hingga sepatu yang dikenakannya.
Muyeol mengatakan,
“Meski meminta banyak maaf pada Jonghee, tapi waktu itu perhatianku
hanya ada padamu.” Eunjae tersenyum. Muyeol mendongakkan kepalanya dan
melihat ke arah Eunjae, “Sekarang, kau masih curiga padaku?” Eunjae melihat ke arah Muyeol dan ikut berjongkok berhadapan dengan Muyeol.
Eunjae
mengatakan dia memiliki pertanyaan dan menanyakan, “Kau suka padaku?”
Muyeol mengiyakannya dengan pasti. Eunjae menanyakan, seberapa besar
Muyeol menyukainya. Muyeol menjawab, “Menyukaimu sampai mati.” Dengan
jawaban pasti, suasana mendukung, mereka pun ‘kissing’.
Pertandingan
yang dinanti akhirnya tiba, Blue Seagulls yang didukung ayah dan adik
Eunjae dengan Red Dreamer yang didukung manajer Kim dan Dongah. Eunjae
berada diantara kedua tim. Ayahnya memintanya untuk segera memutuskan
akan mendukung siapa. Eunjae hanya tersenyum dan bertingkah kocak
sebagaimana dirinya.
Muyeol ada di lapangan hijau. Dia mencari
sosok Eunjae di bangku pendukung tim Red Dreamer, namun hanya terlihat
Dongah yang baru saja menempati kursi penonton. Dengan kesal, secepatnya
dia mengalihkan pandangan melihat bangku penonton pendukung tim Blue
Seagulls, namun di sana juga hanya ada ayah dan adik Eunjae.
Tidak
berapa lama terdengar teriakan khas yang cukup familiar. Benar saja,
Eunjae berdiri di base penonton tersendiri, berdiri di antara kedua base
penonton pendukung kedua tim. Dia memakai perlengkapan kedua tim, dan
berteriak sorak sorai mendukung kedua tim yang akan bertanding. Muyeol
pun tersenyum senang melihat polah tingkah Eunjae. Eunjae mendukungnya,
“Park Muyeol! Park Muyeol Fighting! Pemain terbesar di jagat raya! Park
Muyeol! Park Muyeol!” :)
Demikianlah postingan tentang Sinopsis Wild Romance Episode Terakhir,
semoga tulisan ini bermanfaat dan menghibur teman-teman yang sudah
menyempatkan waktu untuk membacanya.