Bung Karno Minta Suaka ke Planet Khentir



12911705681785747880
Dalam kunjungannya ke AS, Sukarno sempat bertemu Marilyn Monroe, sumber:archive.kaskus.us
Masih sore kala itu, ketika sebuah mobil tua dengan nomor B 001 RI mendadak berhenti di depan rumah Camat Planet Khentir. Sang camat, seorang pria paruh baya yang waktu itu kedatangan sangat banyak tamu tidak menyadari kedatangan tamu istimewa tersebut. Kesibukan sang camat memang telah menyita hampir 24 jam waktu yang ia miliki. Hal ini terkait dengan diberikannya Status Planet Istimewa kepada Planet Khentir oleh yang punya planet yang lebih besar, Planet Ngompasiana.
Sang tamu yang tanpa ajudan itu, berjalan lambat dengan langkah layaknya seorang kepala negara. Tidak diragukan lagi ia memang seorang kepala negara. Sebagian besar kepalanya memang sudah tidak berambut lagi, matanya sudah menua, pipi agak tembem, tapi sisa-sisa wibawanya terlihat jelas. Ia yang berdesing peluru, bermandi penjara memang orang yang tak kenal kata menyerah. Ia adalah Bung Karno, presiden Planet Indonesia yang sedang diguncang persoalan maha dahsyat terkait pemberontakan sebegian kecil ajudannya yang disebut Cakrabirawa di bawah pimpinan seorang yang sudah dia anggapnya  sebagai anak sendiri, Untung Samsuri.
Tidak lama berjalan, di antara tamu yang melimpah, Bung Karno yang tidak peduli dengan protokoler itu datang menghampiri Camat Khentir. Tamu yang melimpah tersebut begitu takjub sehingga mereka menyibakkan jalan buat Si Bung dan menyalaminya dengan takzim seorang rakyat jelata kepada Yang Maha Mulia Presiden Planet Indonesia.
Terdengar beberapa teriakan, Hidup Bung Karno, Hidup Indonesia, Merdeka Yogya (itu pasti teriakan dari orang iseng) yang membuat Camat Khentir buru-buru menyudahi pertemuannya dengan seorang wanita cantik yang bermaksud menjadi model pakaian dalam di Planet Khentir. Sang Camat keluar ruangan dan mendadak berlari ke arah Bung Karno, dan sujud di kakinya. Sang Camat dengan berteteskan air mata menyalami idolanya tersebut, Bung Karno terkesiap. Ia tidak percaya, di sini, di planet Khentir yang ia dengar dari bisik-bisik para istrinya yang suka ngegosip dan menganggap sebagai planet gila, ia begitu dihargai. Ia merangkul Sang Camat ke dadanya, ia rasanya ingin menumpahkan segala masalah yang dialaminya di Indonesia dan jasanya yang mulai dilupakan orang.
Sang camat tahu segera ia menyuguhkan segelas teh pahit yang saking pahitnya bisa membuat Si Bung keblinger, namun ternyata Si Bung orang yang tak mengenal kata pahit, dengan satu teguk teh pahit itu tandas sampai ke akar-akarnya.
Mulailah Si Bung berbicara, lamat-lamat, tidak seperti biasanya berpidato dengan menggelegar sehingga gunung Merapi pun takut padanya. Ia berkisah mengenai pelariannya ke Planet Khentir, tentang pemberontakan Untung dan seorang jenderal muda yang lagi naik tangga monas, Soeharto. Ia berkisah, sungguh tak menyesal tidak lagi menjadi presiden, tetapi ia menyesalkan cara-cara untuk meruntuhkan dinastinya. Ia menyesali hampir tiga juta orang yang meninggal sia-sia akibat para tentara yang keblinger dan tidak mau lagi menuruti perintahnya.
Camat Khentir dan penduduknya mendengarkan dengan takzim. Mereka begitu terpesona dengan satu-satunya presiden Indonesia yang bertemu Marylin Monroe ini, mereka baru tahu betapa gagahnya sang presiden dan begitu tegap badannya sehingga siapa pun tak akan menyalahkann keinginannya untuk beristri banyak melihat betapa kuat sang presiden ini walaupu n sudah diujung senja usianya.
Sang Camat Khentir yang suka rada gila dan iseng tersebut tentu heran mengapa Si Bung datang tiba-tiba tanpa satu pun pengawal dan istrinya tercinta. Namun sebelum menanyakan hal itu, Si Bung sudah tahu dan berkata bahwa istri-istrinya tidak ia bawa karena bikin repot, wanita selalu ingin dandan, katanya padahal ini situasi gawat mana bisa dandan, pakai BH dan celana dalam saja syukur masih bisa. Dan lagi kata Si Bung tak mungkin ia membawa begitu banyak istri dalam pelariannya karena bisa saja antek-antek penguasa baru mengetahuinya dan memburu mereka.
Hampir satu jam ramah tamah itu berlalu tanpa terasa dan sekarang saatnya makan siang. Menu yang disuguhkan Camat Khentir sungguh bikin selera Si Bung melambung jauh terbang tinggi bersama mimpi. Menu warteg (Warung Tegal) karena camat Khentir orang Tegal dan sangat sayang dengan ketegal(r)annya. Sambil makan Si Bung berbagi cerita-cerita lucu yang mebuat Camat Khentir terkhentir-khentir alang kepalang. Cerita lucu itu berkisar pada rekan-rekan seperjuangan Si Bung seperti Hatta yang dikenal tidak suka bergaul dengan wanita.
Hatta dikisahkan pernah berjalan berdua saja dalam satu mobil dengan seorang gadis cantik, tetapi karena Hatta tidak mau menyetir disewalah seorang sopir. Saat perjalanan, ban mobil kempes,  si sopir pergi mencari bantuan dan tinggalah Hatta berdua dengan si gadis cantik. Namun dasar Hatta orang yang tidak suka iseng dan pamer dan bukan perayu, saat si sopir kembali ia mendapai si gadis cantik yang sudah tak tahan ingin digoda berada di dalam mobil dengan nafas ngos-ngosan sedangkan Hatta berada jauh di luar mobil memandangi alam luas terbentang.
Cerita itu membuat Camat Khentir dan segenap penduduknya tertawa terpingkal-pingkal sehingga mereka memutuskan untuk menyudahi makan dan berkonsentrasi mendengarkan cerita Si Bung saja. Namun Si Bung sepertinya sudah capek, ia ingin istirahat dan tidur sejenak untuk selanjutnya memikirkan bagaimana menjauh dari kejaran penguasa baru.
Camat Khentir pun akhirnya menawarkan suaka politik kepada Si Bung dan berjanji untuk melindunginya dari segala marabahaya, baik dari manusia, binatang, maupun dari dedemit termasuk dedemit maya. Camat Khentir juga meminta Si Bung untuk tidak sungkan-sungkan meminta apa saja, termasuk menyediakan warung tegal sigap sedia 24 jam untuk Si Bung. Tidak itu saja, Si Bung pun disediakan dayang-dayang yang akan mengurusnya selama di Planet Khentir. Bahkan Si Bung diajak untuk menonton fashion show planet Khentir yang tidak saja menghadirkan desainer kondang seperti Mat Romli, tetapi juga model pakaian dalam terbaru bernama Irina Syaik.
Si Bung bangkit kembali semangatnya. Ia yang mengira dirinya sudah tidak berkuasa ternyata masih begitu dipuja. Ia meneteskan air mata, ia berjanji bila masih sempat berkuasa kembali di Planet Indonesia, Camat Khentir dan penduduknya yang bersahaja dan rada gila akan dijadikannya warga istimewa. Tetapi apa daya, Si Bung tidak lagi bermassa, ia telah dikalahkan dan tak akan pernah lagi berkuasa walaupun hanya sebatas buku sejarah semata.
Note: ini hanya cerita fiksi dan humor semata, harap diabaikan kalau anda orang yang serius.

No comments

PILIH PLATFORM KOMENTAR DENGAN MENG-KLIK

Powered by Blogger.