waspada pemanas air berbahan gas
Beita mengenai meninggalnya desainer kondang Adesagi Kierana dan rekannya Randy yan di dalam kamar mandi masih menimbulkan tanda tanya. Hasil otopsi tim forensik Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung menyimpulkan penyebab kematian keduanya akibat keracunan gas CO karbon monoksida. Gas beracun itu diduga berasal dari water heater atau alat pemanas air di dalam kamar mandi.
Lalu, bagaimana sebenarnya gas karbon monoksida yang terdapat didalam water heater itu bisa mematikan seseorang ?
Menurut,
Dokter spesialis penyakit dalam, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Dr.
Ari Fahrial Syam, Karbon monoksida (CO) merupakan sebuah gas yang tidak
berwarna dan tidak berbau. Gas beracun ini berasal dari pembakaran tak
sempurna, seperti batu bara, kayu, arang, minyak, minyak tanah, propana,
dan gas alam.
Pemanas
air berbahan bakar gas memang banyak dipakai warga kebanyakan.
Pemakaian pemanas ini memang menjadi pilihan karena paling tidak, punya
dua keuntungan. Selain harganya lebih murah, air panasnya juga cepat
jadi.
Dr.
Ari menjelaskan bahwa penyebaran gas karbon monoksida (CO) itu bisa
berasal dari pembakaran sampah di halaman rumah, asap perapian atau
pembakaran yang tak sempurna dari pemanas air.
Namun,
sambung Dr. Ari yang menjadi masalah adalah jika proses pembakaran itu
tidak sempurna dan ventilasi akses gas oksigen tidak mencukupi, sehingga
akan mengeluarkan gas beracun yang sangat membahayakan.
“Kejadian
keracunan gas tersebut sangat singkat. hanya dalam hitungan menit dan
tidak ada tanda-tanda lama orang akan kehilangan nyama.”
Karena
itu, jika gas beracun ini bocor dan itu terjadi di kamar mandi,
risikonya cukup mematikan karena biasanya sirkulasi di kamar mandi
kurang bagus.
”
Jadi bisa dibayangkan, jika CO dalam jumlah banyak terhirup dan bertemu
dengan darah, maka tidak bisa mengikat oksigen. Sedangkan oksigen
diperlukan untuk menjalankan jaringan tubuh termasuk ke jantung,” ungkap
Dr. Ari.
Karena itu, jika posisinya berada di daerah yang sirkulasi buruk atau tertutup, bisa jadi berefek buruk pada kematian.
“
Dalam hitungan menit bisa langsung meninggal. Pada kasus Adesagi buruk
karena ruang tertutup. Beda kalau di ruangan terbuka maka risiko
kematiannya lebih rendah,” pungkas Dr. Ari.