Aktivis Hadang Kapal Pemburu Paus Jepang
Aktivis anti-perburuan ikan paus menghadang kapal pemburu paus milik Jepang dan memaksa kapal tersebut kembali ke Tokyo untuk pertama kalinya, Jumat waktu setempat, 25 Februari 2011. Konfrontasi ini dilakukan untuk menghadang aktivitas pemburuan tahunan di Laut Antartika.
Para aktivis yang tergabung dalam Sea Sheperd Conservation Society itu melempar cat dan mentega busuk ke arah kapal pemburu. Tak hanya itu, kapal itu juga sempat mengalami masalah serius ketika baling-baling kapal mereka tersangkut tali yang dilempar oleh para aktivis hingga kusut.
Jepang mengutuk komunitas aktivis yang berbasis di Amerika Serikat tersebut. Mereka menyebutnya sebagai kumpulan para teroris bodoh yang mempertaruhkan risiko hidupnya untuk mengejar armada penangkapan ikan paus milik Jepang. Demikian disiarkan serial televisi Amerika berjudul "Whale Wars."
Pendiri komunitas Sea Sheperd, Paul Watson, mengatakan perlawanan terhadap kapal pemburu tersebut dilakukan dengan trategi yang matang didukung peralatan yang canggih para aktivis.
"Tahun demi tahun, kami kian kuat," katanya pada Associated Press, melalui telepon satelit dari kapalnya langsung, satu dari tiga kapal yang berhasil menghadang para pemburu, Sabtu 26 Februari 2011.
"Kami memiliki peralatan yang lebih baik. Kami bahkan mempunyai helikopter jarak jauh. Sungguh, ini semua adalah sumber daya kami yang berhasil dikumpulkan untuk kampanye anti-perburuan paus," tandas dia.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Jepang Seiji Maehara berkilah. Ia mengatakan, Jepang sempat mengajukan protes pada Australia, Selandia Baru, dan Belanda. Pasalnya, kapal-kapal Sea Sheperd pernah berlabuh di Australia dan Selandia Baru secara ilegal dengan berlayar di bawah bendera Belanda.
"Penghadangan ini tidak bisa dimaafkan," kata Maehara. "Mereka mengancam kehidupan awak kapal Jepang yang terlibat dalam penelitian kegiatan penangkapan ikan paus yang sah," tandasnya berkilah.
Pemburuan ikan paus, yang diklaim Jepang sebagai bagian dari aktivitas penelitian, diizinkan oleh Komisi Penangkapan Ikan Paus Internasional sebagai pengecualian terhadap larangan tentang penangkapan ikan paus di tahun 1986. Tetapi, para aktivis mengatakan kapal-kapal Jepang itu memburu ikan paus untuk memperjualbelikan dagingnya, bukan untuk studi.
Dari data yang diperoleh, Jepang diperkirakan berhasil membantai sekitar 945 ikan paus per musim. Tetapi, musim ini targetnya dikurangi menjadi 850 ekor. Karena adanya insiden penghadangan ini, Menteri Perikanan Jepang mengatakan, para nelayan diestimasi hanya mampu membawa pulang seperlima target tersebut.
Para aktivis yang tergabung dalam Sea Sheperd Conservation Society itu melempar cat dan mentega busuk ke arah kapal pemburu. Tak hanya itu, kapal itu juga sempat mengalami masalah serius ketika baling-baling kapal mereka tersangkut tali yang dilempar oleh para aktivis hingga kusut.
Jepang mengutuk komunitas aktivis yang berbasis di Amerika Serikat tersebut. Mereka menyebutnya sebagai kumpulan para teroris bodoh yang mempertaruhkan risiko hidupnya untuk mengejar armada penangkapan ikan paus milik Jepang. Demikian disiarkan serial televisi Amerika berjudul "Whale Wars."
Pendiri komunitas Sea Sheperd, Paul Watson, mengatakan perlawanan terhadap kapal pemburu tersebut dilakukan dengan trategi yang matang didukung peralatan yang canggih para aktivis.
"Tahun demi tahun, kami kian kuat," katanya pada Associated Press, melalui telepon satelit dari kapalnya langsung, satu dari tiga kapal yang berhasil menghadang para pemburu, Sabtu 26 Februari 2011.
"Kami memiliki peralatan yang lebih baik. Kami bahkan mempunyai helikopter jarak jauh. Sungguh, ini semua adalah sumber daya kami yang berhasil dikumpulkan untuk kampanye anti-perburuan paus," tandas dia.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Jepang Seiji Maehara berkilah. Ia mengatakan, Jepang sempat mengajukan protes pada Australia, Selandia Baru, dan Belanda. Pasalnya, kapal-kapal Sea Sheperd pernah berlabuh di Australia dan Selandia Baru secara ilegal dengan berlayar di bawah bendera Belanda.
"Penghadangan ini tidak bisa dimaafkan," kata Maehara. "Mereka mengancam kehidupan awak kapal Jepang yang terlibat dalam penelitian kegiatan penangkapan ikan paus yang sah," tandasnya berkilah.
Pemburuan ikan paus, yang diklaim Jepang sebagai bagian dari aktivitas penelitian, diizinkan oleh Komisi Penangkapan Ikan Paus Internasional sebagai pengecualian terhadap larangan tentang penangkapan ikan paus di tahun 1986. Tetapi, para aktivis mengatakan kapal-kapal Jepang itu memburu ikan paus untuk memperjualbelikan dagingnya, bukan untuk studi.
Dari data yang diperoleh, Jepang diperkirakan berhasil membantai sekitar 945 ikan paus per musim. Tetapi, musim ini targetnya dikurangi menjadi 850 ekor. Karena adanya insiden penghadangan ini, Menteri Perikanan Jepang mengatakan, para nelayan diestimasi hanya mampu membawa pulang seperlima target tersebut.
No comments
PILIH PLATFORM KOMENTAR DENGAN MENG-KLIK