Harapan Dan Maknanya Hiasan Penyambut & Pohon Natal

Bulan Desember tiba. Bagi orang Kristiani, inilah saat berbenah hati, mempersiapkan diri menyambut Natal. Berbagai kegiatan yang menyangkut jasmani pun dipersiapkan, salah satunya, menyematkan berbagai hiasan Natal.
Jika dicermati, hiasan yang sering hadir di kala Natal hampir selalu sama jenisnya. Pohon cemara sebagai pohon terang (Natal) lengkap dengan gantungan bintang, patung malaikat, lonceng, kaus kaki, gua natal dengan patung-patungnya, krans dedaunan atau rangkain adven, adalah beberapa hiasan yang kerap hadir menyemarakan Natal. Hiasan-hiasan ini nyatanya tak menjadi sekedar penghias, tapi punya arti dan mengandung harapan yang menjiwai semangat Natal. Apa arti dan harapan yang ada pada setiap hiasan itu? Simak yang berikut ini :

BINTANG DAN TIGA RAJA

Lambang Ketaatan Dan Kerendahan Hati
Dikisahkan, berita kelahiran Yesus saat itu terdengar sampai ke telinga Tiga Raja dari Timur. Berdasarkan petunjuk bintang di langit sebagai penunjuk jalan dan ketaatan mereka mengikuti arah yang ditunjukkan, ketiga raja ini sampai ke kandang tempat Yesus dilahirkan. Emas, kemenyan, dan mur, dibawa dan dipersembahkan kepada Yesus sebagai simbol kerendahan hati mereka.
Apa yang dilakukan oleh Tiga Raja ini memberi teladan bagi umat manusia agar senantiasa memiliki semangat ketaatan dan kerendahan hati di hadapan Tuhan dan sesama.

KRANS DEDAUNAN

Lambang Harapan, Suka Cita, Dan Kasih
Dedaunan yang dirangkai melingkar ini biasa disebut rangkain adven. Rangkain ini menggambarkan perjalanan umat Kristiani, khususnya Katholik, dalam masa penantian akan kedatangan Tuhan di hari Natal. Adven, berasal dari kata latin adventus yang artinya “kedatangan”, adalah masa atau periode sebelum Natal yang dimulai pada minggu ke-4 sebelum Natal dan berakhir pada malam Natal.
Perayaan kebaktian atau misa di gereja pada masa ini menghadirkan warna ungu yang melambangkan pertobatan. Krans adven yang ditempatkan di gereja terdiri atas empat batang lilin berwana ungu lambang pertobatan, diletakkan di antara dedaunan hijau yang melambangkan kehidupan yang kekal. Krans dibuat melingkar, memiliki makna, Tuhan yang abadi tanpa awal dan akhir. Daun-daun yang dipakai adalah daun-daun evergreen yang senantiasa hijau. Ini melambangkan Kristus sendiri yang mati dan hidup kembali untuk selama-lamanya. Ini juga pelambang bagi keabadian jiwa kita, yang dengan kedatangan Kristus, memiliki kehidupan abadi yang tanpa akhir. Buah buah beri merah tersebut di antara dedaunan melambangkan tetesan darah Kristus yang tercurah untuk umat manusia. Dengan darah itulah kita memiliki kehidupan kekal. Selain lambang tobat, empat lilin juga melambangkan empat hari minggu dalam masa adven. Pada awal masa Adven, sebatang lilin dinyalakan, disusul penyalaan lilin lain masing-masing di minggu berikutnya , seiring dengan bertambah terangnya lingkaran adven setiap minggu dengan bertambah banyaknya lilin yang dinyalakan, kita pun diingatkan bahwa kelahiran Sang Terang Dunia semakin dekat.
Pada hari natal, lilin putih dinyalakan menggantikan keempat lilin ungu pada masa adven. Lilin putih ini lambang persiapan telah usai dan kita memasuki suka cita besar. Lingkaran Adven mengingatkan kita akan perlunya persiapan jiwa sehingga kita dapat sepenuhnya ambil bagian dalam sukacita besar Kelahiran Kristus, Putera Allah, yang telah memberikan diri-Nya bagi kita agar kita beroleh hidup yang kekal

LONCENG

Lambang Kumandangkan Kemeriahan Natal
Kegembiraan dan kemeriahan Natal disimbolkan Lonceng, ketika lonceng-lonceng ini dibunyikan, maka kumandangnya menyemarakan seluruh bumi. Kegembiraan Natal pun menyelimuti umat-Nya.
Alkisah, ketika bayi Yesus lahir, lonceng-lonceng dibunyikan, mengabarkan dan mengundang setiap orang untuk datang menikamati kegembiraan bersama. Tak hanya di hari Natal, saat ini pun lonceng dibunyikan di geraja-gereja pada jam-jam tertentu sebagai tanda dimulainya misa atau perjamuan ekaristi. Bunyi lonceng ini mengundang setiap orang untuk datang menikmati undangan Tuhan dalam perjamuan-Nya, dimana Yesus hadir disana.

CEMARA SI POHON NATAL

Lambang Kesetiaan Iman
Kesemarakan Natal menjadi lebih meriah dengan hadirnya pohon ini, Jerman, adalah negara yang disebut-sebut pencipta tradisi ini. Adalah Santo Bonifasius penyebar agama Kristen di Jerman. Dia murka ketika di tengah lawatannya berjumpa dengan sekelompok orang yang sedang memuja pohon oak. Maka, pohon oak pun ditebangnya. Keajaiban terjadi, dari akar pohon yang telah tumbang itu tumbuh tunas cemara. Kejadian ini dipercaya sebagai tanda akan kesetiaan orang Kristiani akan imannya. Dan sejak kejadian itu, di abad ke-15 mulailah pohon cemara dipakai sebagai hiasan Natal di Jerman. Cerita ini adalah salah satu kisah di antara banyak kisah lain yang menjadi awal tradisi pohon cemara yang dipakai sebagai hiasan Natal. Tren pohon cemara sebagai hiasan Natal selalu berubah setiap tahunnya. Dijiwai semangat dan harapan yang sama, yaitu makin kokohnya kesetiaan umat beriman Kristiani akan imannya, pohon cemara hadir dalam berbagai rupa.
Beberapa orang menghadirkan pohon cemara asli dan kemudian menghiasinya dengan cahaya lampu dan aneka ornamen sebagai pelengkap. Saat ini, dikala pohon cemara asli sulit didapat, muncul artifisial-nya (palsu), fiber, atau metal. Selain menawarkan kemudahan dan visual yang menyerupai aslinya, beberapa pohon artifisial ini juga menawarkan kepraktisan yang disukai oleh banyak orang dewasa ini. Pohon cemara artifisial ini bisa digunakan berulang kali di setiap tahun, asal disimpan dengan baik dan benar. Umumnya umur pemakaian pohon palsu ini mencapai masa 6 tahun.

POINSETTA

Lambang Berseminya Iman dan Harapan Baru
Asal usul namanya poinsetta (Euphorbia pulcherrima) berasal dari nama Joel Roberst Pinsett, seorang duta besar pertama Amerika untuk Mexico. Kecintaannya terhadap ilmu botani membawanya menemukan semak berbunga merah yang tumbuh liar di pinggir jalan daeah Mexico Selatan pada tahun 1828, dan membawa tanaman ini ke greenhouse-nya di South Carolina.
Sedangkan nama Euphorbia pulcherrima diberikan oleh Willenow, ahli botani berkebangsaan Jerman. Warna merah bunga ini yang sangat menarik membuat Willenow memberi julukan Euphorbia pulcherrima yang artinya “sangat cantik”.
Warna merah yang ceria ini pula yang membuat bunga ini acap muncul sebagai hiasan khas di hari Natal. Mengapa Khas ? ya, karena ada cerita di balik semua ini.
Cerita ini datang dari kakak beradik Maria dan Pablo, piatu yang sangat miskin. Keduanya sangat sedih ketika perayaan Natal tiba karena tidak bisa membeli hadiah yang indah untuk bayi Yesus seperti anak-anak lainnya. Kegiatan memberi hadiah di hari Natal ini sudah menjadi tradisi di tempat mereka tinggal. Setiap Natal tiba, sebuah kandang lengkap dengan patung-patungnya dipasang di Gereja dan pada malam Natal, anak-anak membawa hadiah bagi bayi Yesus dan meletakkannya di kandang tersebut.
Sampai tiba saat malam natal, kedua kakak beradik ini belum menemukan hadiah apa yang akan diberikan kepada bayi Yesus. Dalam perjalanan ke Gereja, mereka pun memetiknya dan menjadikannya sebagai buah tangan buat bayi Yesus.
Meski anak-anak lain mencemooh atas hadiah yang menurut mereka “tak berarti”, Maria dan Pablo tetap meletakkan tanaman itu di sekitar kandang. Dan, Mukzijat pun terjadi. Pucuk-pucuk tanaman liar tadi seketika berubah menjadi kuntum-kuntum berbentuk bintang berwarna merah dan menyemarakkan kandang di mana Yesus dibaringkan.
Tak heran, ketika tradisi itu berulang setiap tahun, di setiap tempat, banyak orang menjadikan bunga poinsettia sebagai hiasan di hari Natal. Harapan yang terkandung disana, Mukzijat pun akan terjadi bagi setiap orang yang percaya. Mekarnya kuntum bunga poinsettia menjadi simbol berseminya iman dan harapan baru dengan lahirnya Sang Juru Selamat.
Begitu bekennya bunga ini di Amerika hingga ada satu hari khusus yang didesikasikan bagi sang bunga. Hari poinsetta diperingati setiap tanggal 12 Desember.

Malaikat

Lambang Cinta, Kesucian, Dan Perdamaian
Karena kecintaannya kepada umatnya, kelahiran Yesus diberitakan ke seluruh dunia melalui kabar yang dibawa oleh malaikat utusan Allah. Kabar gembira ini mengandung makna damai bagi seluruh umat manusia dan kecintaan Tuhan yang rela hadir ke dunia dan menjelma menjadi manusia.

SANTA KLAUS DAN KAUS KAKI


Lambang Kebaikan Tuhan dan Rezeki
Santa Klaus mengisahkan seorang bernama Nicholaus yang begitu murah hati membantu orang lain. Apa yang dilakukan Nicholaus diterjemahkan dalam tradisi Natal yang dilakukan orang pada saat ini. Pada malam Natal, kaus kaki digantungkan di pohon terang atau di pintu-pintu. Keesokan harinya ketika Natal tiba, kaus-kaus sudah berisi hadiah yang dibawa oleh “Santa Klaus” yang diperuntukkan bagi anak-anak yang hidupnya baik dan taat pada Tuhan.
Hiasan ini menimbulkan semangat bagi seluruh umat agar memelihara kehidupan baik di dunia agar dapat ikut serta menikmati kegembiraan saat Natal tiba.

MERRY CHRISTMAS 25 DECEMBER 2009 & HAPPY NEW YEAR 1 JANUARI 2010

No comments

PILIH PLATFORM KOMENTAR DENGAN MENG-KLIK

Powered by Blogger.