ternyata pria palsukan orgasmenya
Penelitian lain yang dilakukan tim dari Universitas Kansas menunjukkan hasil tak jauh berbeda. Dari 180 mahasiswa dan 101 mahasiswi terungkap bahwa mereka juga pernah berpura-pura mencapai klimaks.
Kebanyakan responden, 28 persen pria dan 67 persen wanita, mengatakan mereka berpura-pura orgasme jika terjadi persenggamaan (intercouse). Sementara itu, hanya 10 persen pria dan 19 persen wanita yang pernah berpura-pura orgasme ketika hubungan seksual tidak melibatkan intercouse.
Bagi para pria, alasan mereka memalsukan kepuasannya adalah karena tidak punya alasan lain untuk menyudahi hubungan intim yang sedang dilakukannya tanpa canggung. Sementara itu, 54 persen wanita mengatakan mereka berpura-pura karena tidak ingin menyinggung perasaan pasangannya.
Orang yang suka berpura-pura orgasme itu, baik pria maupun wanita, pada umumnya sudah berpengalaman secara seksual dan sudah mencapai orgasme, baik lewat masturbasi maupun intercouse.
Baik pria maupun wanita ternyata mengaku mereka sama-sama terbebani dengan “tuntutan” agar sebaiknya wanita dulu yang mencapai klimaks. Sebagian besar wanita juga mengatakan sebenarnya mereka bisa mencapai orgasme, tetapi mereka memilih untuk berpura-pura sudah mencapainya pada waktu sebelum dan ketika pria orgasme.
Carol Ellison, seksolog, mengatakan, ketika sebuah hubungan seks diatur untuk mencapai tujuan, yakni ereksi, intercouse, dan orgasme, itu bisa menimbulkan masalah. “Hubungan seks yang sukses sebenarnya adalah semua hal yang bisa membuat Anda puas terhadap diri sendiri, pada pasangan, dan sesuatu yang bisa menguatkan ikatan emosional,” katanya.
Kepuasan orgasme memang dahsyat, tetapi menurut Ellison, rasa saling pengertian dan kuatnya ikatan emosional lebih penting. Karena itu, Anda perlu memformat ulang pikiran Anda mengenai tujuan melakukan hubungan seksual.
“Jika tujuan hubungan seksual itu diubah untuk mencapai sesuatu yang menyenangkan kedua belah pihak dan menemukan hal yang baru untuk mencapai kepuasan, Anda akan belajar lebih banyak tentang sikap responsif pada kebutuhan pasangan,” kata penulis buku Woman’s Sexualities: Generations of Women Share Intimate Secrets of Sexual Self-Acceptance (New Harbinger, 2000) ini.
No comments
PILIH PLATFORM KOMENTAR DENGAN MENG-KLIK