Mencegah Anak Agar Tak Merokok

Panik ketika melihat anak mulai merokok? Hm... coba amati kembali lingkungan Anda.
Anak mudah terpengaruh, terlebih ketika mereka melihat orang di sekitarnya melakukan sesuatu yang mereka anggap hebat. Ketika lingkungan mereka dipenuhi oleh asap rokok, mereka pun akan mencontohnya. Media juga turut berperan sebagai "sarana belajar" bagi anak-anak untuk merokok, salah satunya melalui iklan rokok, baik itu media lini atas maupun lini bawah.

Melalui berbagai media tersebut, industri rokok memperkenalkan berbagai pencitraan rokok bagi anak muda. Dengan merokok, misalnya, mereka menjadi lebih gaul, keren, modern, dan kreatif. Anak laki-laki merasa lebih macho ketika mengepulkan asap rokok. Anak perempuan merasa lebih gaul dan lebih dewasa. Mereka tak lagi mempedulikan bahwa rokok mengandung berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan.

Bila si ABG Anda mulai merokok, apa yang dapat Anda lakukan? Melarangnya tentu sudah terlambat, karena anak-anak juga dipengaruhi oleh teman seusianya. Yang bisa Anda lakukan adalah mencegah agar si Pra ABG tidak keburu merokok. Bila pun mereka sudah mulai belajar merokok, Anda tetap harus berusaha menghentikan kebiasaan tersebut. Caranya:

1.  Berikan contoh kepada anak
"Apabila orang tua tidak menginginkan anaknya merokok, cara pertama yang dapat dilakukan adalah dengan tidak merokok. Kalaupun orangtua merokok, janganlah merokok di depan anak," kata Fuad Baradja dari Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok, pada acara konferensi pers "Upaya Mencegah Anak Merokok: Penyampaian Dukungan Ormas se-Jawa dan Sumut untuk Peningkatan Harga Rokok" di Hotel Grand Sahid Jaya, Kamis (26/8/2010) lalu.

Anak-anak akan cenderung mencontoh perilaku dari orangtuanya, sebagai lingkungan terdekat. Apabila orangtua merokok setiap hari di depan anak, lambat laun anak pun akan meniru kebiasaan orangtuanya.

2. Berdiskusi dengan anak tentang bahaya merokok
"Untuk mencegah anak merokok, orangtua dapat mengubah paradigma anak tentang merokok dengan menceritakan bahaya merokok," kata Dr Seto Mulyadi, pemerhati anak dari Yayasan Mutiara Indonesia, pada acara yang sama.

Mengubah paradigma anak dapat dilakukan dengan cara berdiskusi. Ketika orangtua dan anak duduk bersama untuk berdiskusi, anak akan lebih memahami apa maksud dari perkataan orang tuanya. Selain itu, anak juga akan lebih berpikir atas dampak merokok yang disampaikan oleh orangtua.

Fuad menambahkan, orangtua yang merokok dapat menjelaskan kepada anak bahwa mereka telah menjadi korban dari rokok. Sampaikan dampak buruk dari merokok, dengan harapan anak tidak menjadi korban seperti mereka.

Diskusi dengan anak juga dapat menjadi cara yang efektif agar anak berhenti dari kebiasaan merokok. Apabila orangtua memilih untuk memberikan hukuman kepada anak yang memiliki kebiasaan merokok tanpa menjelaskan alasannya, hal itu akan menjadi sia-sia. Anak akan menentang orangtua dan tidak menghiraukan perkataan mereka, terlebih bila orangtuanya juga merokok.

No comments

PILIH PLATFORM KOMENTAR DENGAN MENG-KLIK

Powered by Blogger.