Heboh Misteri Bebatuan di Gunung Padang Mengandung Listrik
Uji tes kelistrikan di hari Sabtu 4 April 2015 lalu pada salah satu pecahan batuan terkecil di Gunung Padang, membuat banyak prang dilokasi situs menjadi takjub.
Pada salah satu bongkahan batuan terkecil di Gunung Padang, ketika di tes uji kelistrikan terhadap bongkahan itu oleh avometer atau alat pengukur listrik. terlihat pada tampilan digital tertera angka yang menunjukkan besaran voltase!
Batu Gunung Padang itu mengandung listrik dengan arus DC sebesar 0,6 volt. Ternyata batu-batu itu mengandung listrik!
Kemudian pada saat batu-batu Gunung Padang itu disusun dalam rangkaian seri, terlihat pada avometer, bahwa voltase dan arus listrik menjadi naik yaitu sebesar 1,2 volt dengan arus sebesar 2,3 ampere!
Tentu hal ini sangat menarik sekaligus menjadi misteri baru dari situs Gunung Padang Cianjur.
Apakah jika ribuan batuan di Gunung Padang disusun lagi akan dapat menghasilkan listrik yang sangat besar?
Dan apakah dapat membuktikan bahwa dahulunya Gunung Padang adalah sebuah reaktor pembangkit listrik berbasis Nano Teknologi atau Nanotech?
Apa itu Nanoteknologi?
Nanoteknologi adalah manipulasi materi pada skala atomik dan skala molekular. Diameter atom berkisar antara 62 pikometer, sedangkan kombinasi dari beberapa atom membentuk molekul dengan kisaran ukuran nano.
Deskripsi awal dari nanoteknologi mengacu pada tujuan penggunaan teknologi untuk memanipulasi atom dan molekul untuk membuat produk berskala makro. Sedangkan deskripsi yang lebih umum untuk Nanoteknologi adalah manipulasi materi dengan ukuran maksimum 100 nanometer.
Di Indonesia, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah mengembangkan nanoteknologi sejak tahun 2000-an namun belum mampu mengkomersilkannya.
Hal yang paling mendasar dalam menghambat perkembangan teknologi nano di Indonesia adalah ketiadaan alat pengukuran (metrologi) nanomaterial.
Kepala Pusat Inovasi LIPI menyatakan bahwa sudah 13 tahun pengembangan nanoteknologi di Indonesia berjalan sehingga tahap yang dituju sekarang adalah komersialisasi produk nanomaterial berbasis kegiatan riset.
Pembangkit listrik dari Benang Nano
Seiring dengan perkembangan teknologi nano, kini beberapa grup riset yang concern mengembangkan teknologi nano sudah mampu membuat sebuah divais dari struktur nano untuk menghasilkan arus listrik, medan electromagnetic, bahkan mampu mengeluarkan radiasi dalam orde subatomic. Divais/alat berukuran nano yang mampu membangkitkan energi listrik disebut sebagai nano-generator.
Karena baru, maka riset tentang nano-generator baru dilakukan oleh beberapa grup yang berkecimpung di dunia nano. Salah satunya adalah grup riset dari Georgia Institute of Technology, mereka sedang mengembangkan sebuah prototip nano-generator yang menggunakan struktur benang nano (nanowire) untuk menghasilkan listrik ketika wire dalam ukuran nano tersebut bergetar.
Desain dari nanogenerator tersebut hingga saat ini masih menjadi objek riset dan masih berada dalam tahap pengembangan. Para ilmuwan memprediksikan bahwa nanogenarator akan diperkenalkan ke public sejak tahun 2010-2011.
Hingga saat ini mayoritas dari perangkat elektronik yang portable (contoh: jam tangan, etc), energinya masih sangat tergantung pada baterai. Saat ini para ilmuwan sedang mengembangkan dan mendemonstrasikan bagaimana sebuah perangkat elektronik mudah dan praktis dalam suplai energinya.
Hal tersebut dapat direalisasikan dengan metode pengembangkan teknologi benang nano (nanowire) dari bahan murah (ZnO) yang dapat memproduksi energy mekanik yang cukup untuk dikonversikan menjadi energy listrik.
Bagaimana listrik dihasilkan dari nano wire?
Prof Zhong Lin Wang dari Georgia Tech mengilustrasikan bahwa bila kita berjalan kaki, maka daya listrik yang dihasilkan kira-kira oleh tubuh kita adalah 67 watt, gerakan jari2 kita menghasilkan 0.1 watt, pernapasan kita 1 watt. Nah bila kita mampu mengkonversikan fraksi dari daya tersebut, maka tubuh kita mampu menjadi sumber energi untuk sebuah divais elektronik.
Hasil dari penelitian di grup riset Prof Zhong Lin Wang dapat mengkonfirmasi sebuah teori bahwa: ZnO nanowire akan menunjukkan efek piezoelektrik yang sangat baik, yaitu menghasilkan sifat listrik dari respon tekanan mekanik. Biasanya muatan negative dan positif dari ion Zinc dan Oksigen di dalam kristal ZnO nanowire saling meniadakan.
Tip tersebut adalah tip dari atomic force microscopy (AFM) yang terbuat dari bahan silicon (Si) yang dilapisi oleh platina (Pt). Pembengkokan dari ZnO nanowire menyebabkan terjadinya dipol listrik di dalam sebuah nanowire.
Pada bagian yang mengalami kompresi bermuatan negatif sedangkan bagian yang terekpansi bermuatan positif. Hal itu disebabkan Zn2+ dan pole negatif akibat dari O-2. Maka dengan adanya kontak metal semikonduktor mengakibatkan adanya rektifikasi Schotcky gap seperti pada jembatan semikonduktor tipe positif dan negative (p-n junction).
Kontak antara tip AFM dengan kutub yang bermuatan positif disebut forward bias dan sebaliknya tip AFM dengan kutub negative disebut reverse bias.
Pada keadaan forward, bias elektron akan mudah mengalir ke metal sebaliknya pada reverse bias elektron akan mengalami kesulitan. Fenomena itu dapat dilukiskan oleh grafik hubungan antara tegangan dan arus pada dioda, sedangkan mekanisme tranport-nya dapat diilustrasikan secara mudah dengan melihat diagram energi antara metal dan semikonduktor.
Sungguh luar biasa perkembangan nanoteknologi saat ini, tidak terbayangkan bila hal itu terwujud maka dalam kurun waktu 5 tahun lagi dimungkinkan kita dapat mengcharge ipod melalui sepatu/baju kita yang sudah difasilitasi dengan sumber listrik dari ZnO nanogenerator.
Prof Zhong Lin Wang menjelaskan pula bahwa, meskipun secara individual nanowire menghasilkan sebuah daya yang kecil, dengan banyaknya nanowire secara simultan akan menghasilkan jumlah daya yang besar.
Prof Zhong Lin Wang juga menjelaskan bahwa energi dari nanowire yang dikembangkan di laboratoriumnya disinyalir memiliki cukup energi untuk menjalankan implant medis berukuran kecil. Contoh dari implant tersebut adalah implant dari sensor gula darah di bawah permukaan kulit.
Pada salah satu bongkahan batuan terkecil di Gunung Padang, ketika di tes uji kelistrikan terhadap bongkahan itu oleh avometer atau alat pengukur listrik. terlihat pada tampilan digital tertera angka yang menunjukkan besaran voltase!
Quote:
Uji tes kelistrikan Sabtu 4/4/2015 lalu pada salah satu pecahan batuan terkecil di Gunung Padang mengandung listrik 0,6 volt. (Pic: AtlantisIndonesia@Facebook) |
Kemudian pada saat batu-batu Gunung Padang itu disusun dalam rangkaian seri, terlihat pada avometer, bahwa voltase dan arus listrik menjadi naik yaitu sebesar 1,2 volt dengan arus sebesar 2,3 ampere!
Tentu hal ini sangat menarik sekaligus menjadi misteri baru dari situs Gunung Padang Cianjur.
Apakah jika ribuan batuan di Gunung Padang disusun lagi akan dapat menghasilkan listrik yang sangat besar?
Dan apakah dapat membuktikan bahwa dahulunya Gunung Padang adalah sebuah reaktor pembangkit listrik berbasis Nano Teknologi atau Nanotech?
Apa itu Nanoteknologi?
Nanoteknologi adalah manipulasi materi pada skala atomik dan skala molekular. Diameter atom berkisar antara 62 pikometer, sedangkan kombinasi dari beberapa atom membentuk molekul dengan kisaran ukuran nano.
Deskripsi awal dari nanoteknologi mengacu pada tujuan penggunaan teknologi untuk memanipulasi atom dan molekul untuk membuat produk berskala makro. Sedangkan deskripsi yang lebih umum untuk Nanoteknologi adalah manipulasi materi dengan ukuran maksimum 100 nanometer.
Di Indonesia, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah mengembangkan nanoteknologi sejak tahun 2000-an namun belum mampu mengkomersilkannya.
Hal yang paling mendasar dalam menghambat perkembangan teknologi nano di Indonesia adalah ketiadaan alat pengukuran (metrologi) nanomaterial.
Kepala Pusat Inovasi LIPI menyatakan bahwa sudah 13 tahun pengembangan nanoteknologi di Indonesia berjalan sehingga tahap yang dituju sekarang adalah komersialisasi produk nanomaterial berbasis kegiatan riset.
Pembangkit listrik dari Benang Nano
Seiring dengan perkembangan teknologi nano, kini beberapa grup riset yang concern mengembangkan teknologi nano sudah mampu membuat sebuah divais dari struktur nano untuk menghasilkan arus listrik, medan electromagnetic, bahkan mampu mengeluarkan radiasi dalam orde subatomic. Divais/alat berukuran nano yang mampu membangkitkan energi listrik disebut sebagai nano-generator.
Karena baru, maka riset tentang nano-generator baru dilakukan oleh beberapa grup yang berkecimpung di dunia nano. Salah satunya adalah grup riset dari Georgia Institute of Technology, mereka sedang mengembangkan sebuah prototip nano-generator yang menggunakan struktur benang nano (nanowire) untuk menghasilkan listrik ketika wire dalam ukuran nano tersebut bergetar.
Quote:
Bentuk dari ZnO nanowire. Nanowire dari ZnO yang mengkonversi energy mekanik menjadi listrik (chem-is-try.org). |
Quote:
Nanowire pada prototype tersebut terbuat dari bahan ZnO (seng oksida), arus yang timbul dari nanowire tersebut adalah sebagai efek dari piezoelectric (timbulnya sifat listrik akibat perubahan energy mekanis dari material). |
Hingga saat ini mayoritas dari perangkat elektronik yang portable (contoh: jam tangan, etc), energinya masih sangat tergantung pada baterai. Saat ini para ilmuwan sedang mengembangkan dan mendemonstrasikan bagaimana sebuah perangkat elektronik mudah dan praktis dalam suplai energinya.
Hal tersebut dapat direalisasikan dengan metode pengembangkan teknologi benang nano (nanowire) dari bahan murah (ZnO) yang dapat memproduksi energy mekanik yang cukup untuk dikonversikan menjadi energy listrik.
Quote:
Batu “Kujang” yang ditemukan di situs Gunung Padang memiliki alur serat logam. |
Prof Zhong Lin Wang dari Georgia Tech mengilustrasikan bahwa bila kita berjalan kaki, maka daya listrik yang dihasilkan kira-kira oleh tubuh kita adalah 67 watt, gerakan jari2 kita menghasilkan 0.1 watt, pernapasan kita 1 watt. Nah bila kita mampu mengkonversikan fraksi dari daya tersebut, maka tubuh kita mampu menjadi sumber energi untuk sebuah divais elektronik.
Quote:
Secara konseptual lanjut Prof Zhong Lin Wang, dia mampu mendemostrasikan konversi daya yang mungkin untuk sebuah divais mencapai 17-30 persen dari total daya yang dihasilkan oleh tubuh kita. |
Quote:
fenomena dihasilkannya arus listrik akibat kontak metal dan semikonduktor. Listrik dihasilkan dari kontak metal (tip AFM) dan semikonduktor (ZnO nanowire). (chem-is-try.org). |
Quote:
Namun ketika wire (kabel atau serat) secara kimiawi tumbuh di permukaan elektroda, wire tersebut membengkok akibat adanya vibrasi external dari tip yang berskala nano. |
Pada bagian yang mengalami kompresi bermuatan negatif sedangkan bagian yang terekpansi bermuatan positif. Hal itu disebabkan Zn2+ dan pole negatif akibat dari O-2. Maka dengan adanya kontak metal semikonduktor mengakibatkan adanya rektifikasi Schotcky gap seperti pada jembatan semikonduktor tipe positif dan negative (p-n junction).
Kontak antara tip AFM dengan kutub yang bermuatan positif disebut forward bias dan sebaliknya tip AFM dengan kutub negative disebut reverse bias.
Pada keadaan forward, bias elektron akan mudah mengalir ke metal sebaliknya pada reverse bias elektron akan mengalami kesulitan. Fenomena itu dapat dilukiskan oleh grafik hubungan antara tegangan dan arus pada dioda, sedangkan mekanisme tranport-nya dapat diilustrasikan secara mudah dengan melihat diagram energi antara metal dan semikonduktor.
Quote:
Sensor gula darah yang berada di bawah permukaan kulit manusia (chem-is-try.org). |
Prof Zhong Lin Wang menjelaskan pula bahwa, meskipun secara individual nanowire menghasilkan sebuah daya yang kecil, dengan banyaknya nanowire secara simultan akan menghasilkan jumlah daya yang besar.
Prof Zhong Lin Wang juga menjelaskan bahwa energi dari nanowire yang dikembangkan di laboratoriumnya disinyalir memiliki cukup energi untuk menjalankan implant medis berukuran kecil. Contoh dari implant tersebut adalah implant dari sensor gula darah di bawah permukaan kulit.
Quote: